Ada seorang anak (2th) meminta ibunya membacakan
dongeng, tiba – tiba adiknya (3 bln) menangis karena habis BAB di popoknya.
Anak (2th) kecewa karena ibunya lebih memilih mengurus adiknya (3bl) mengganti
popok daripada membacakan cerita.
Lalu ada cerita lain seorang kakak yang memiliki kasus
sengketa tanah warisan dengan adiknya sehingga memperkarakan adiknya ke
kepolisian.
Contoh kasus nyata tahun 2015 lalu di daerah Ciledug
,Tangerang seorang kakak (15th) yang menusuk adiknya sendiri (13 th) hingga
tewas.
Awalnya polisi mengira pelaku mengalami gangguan
kejiwaan namun setelah menjalani tes MMPI menunjukkan hasil bahwa perilaku
melakukan pembunuhan dalam keadaan sadar. Saat ditelaah lagi, orang tua berkata
bahwa selama ini sering terjadi percekcokan antara kedua saudara kandung ini.
Namun orang tua selama ini menganggap hal tersebut biasa saja.
Sebenarnya perselisihan antar saudara seringkali
terjadi Allah swt dalam firmannya didalam Alquran mengisahkan kisah dari anak
Nabi Adam as yang berujung menjadi tragedi kemanusiaan pertama di muka bumi
yaitu pembunuhan Qobil sang kakak terhadap Habil sang adik dikarenakan iri
dengki yang merasukinya. (QS Al Maidah : 27-31) .
Sahabat, alangkah bahagianya jika anak – anak yang
kita miliki saling menyayangi satu sama lain, saling melindungi satu sama lain
dan saling mendukung satu sama lain didalam kebaikan. Berkumpulnya anak – anak
tersebut dalam suasana yang damai tentunya menjadi penyejuk hati kita sebagai
orang tua. Akan tetapi dalam perjalanannya akan selalu terjadi kerikil –
kerikil yang merusak keharmonisan mereka sebagai saudara kandung. Kerikil itu
dalam istilah psikologi dinamakan *Sibling Rivalry*
*APA ITU SIBLING RIVALRY?*
• *Sibling Rivalry* adalah persaingan antara saudara
kandung yang muncul dalam bentuk cemburu, iri, pertengkaran (adu mulut) hingga
perkelahian (fisik) yang menimbulkan ketegangan. Berawal dari persoalan sepele,
ketika orang tua tidak menyikapi dengan tepat dapat menjadi konflik laten yang
berkepanjangan antara saudara kandung.
• *Sibling Rivalry*bisa dialami oleh individu dari
kelompok umur berapapun (balita, anak, remaja dan dewasa).
• *Sibling rivalry* cenderung akan lebih muncul pada
saudara kandung yang berjenis kelamin sama. Walaupun tidak menutup kemungkinan
dengan saudara kandung yang sama jenis kelaminnya
Dari sini, kita bisa mengambil beberapa hikmahnya,
yakni :
• Perasaan dengki ,iri atau cemburu yang awalnya
terlihat sepele ternyata bila kita biarkan akan mempengaruhi perilaku seseorang
menjadi perilaku yang merusak.
• Perasaan dengki ternyata bisa terjadi bukan hanya
pada orang lain saja akan tetapi juga pada saudara kandung yang secara nyata
memiliki ikatan darah.
• Penumpukkan kekecewaan yang awalnya bermula dari
cemburu, jika tidak segera diintervensi dengan tepat dapat terjadi berujung
fatal yakni pembunuhan.
*FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA SIBLING RIVALRY*
• *Perlakuan yang berbeda diartikan “tidak adil” oleh
anak*
Perbedaan kebutuhan masing- masing anak atau perbedaan
kondisi tertentu membuat kita tidak dapat menyamakan perilaku kita terhadap
anak yang satu dengan yang lainnya. Anak yang sedang sakit tentunya akan lebih
butuh banyak perhatian daripada anak kita yang sehat. Anak yang kelas 6 SD
tentunya mendapatkan uang saku yang lebih banyak daripada anak yang masih kelas
2 SD.
Perlakuan yang berbeda lainnya yakni terkadang tanpa
sadar karena anak kita lebih pintar secara akademis dari pada adiknya , kita
cenderung lebih membanggakan dan memperlakukan ia lebih istimewa dibandingkan
adiknya yang prestasinya biasa- biasa saja dalam hal akademis.
Tentunya hal ini akan menumbuhkan perilaku sibling
rivalry pada anak.
• *Modelling Ortu*
Saat kita sedang mengalami perselisihan dengan
pasangan atau dengan anak. Respon atau perilaku yang kita munculkan dalam menghadapi
konflik itulah yang akan menjadi contoh untuk anak ketika ia sedang berkonflik
dengan saudara kandungnya. Jika kita menampilkan perkataan kasar atau memukul,
mencubit,dsb saat berkonflik, maka hal tersebut dapat ditiru oleh anak ketika
sedang berkonflik dengan saudara kandungnya.
• *Jarak lahir terlalu dekat*
Saat anak umur (0-2 thn) menurut Erikson anak memasuki
tahapan *“trust vs mistrust”*. Pada tahapan ini anak belajar mempercayai
lingkungan disekitarnya dalam hal ini adalah lingkungan terdekatnya yaitu
keluarga. Perkembangan rasa percaya dengan lingkungan dapat terbentuk
bergantung pada kualitas dalam merawat anak dan curahan kasih sayang yang
diterima anak. Dengan jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat menggangu
perkembangan rasa percaya anak dengan lingkungannya (keluarganya).
Selain itu, pada tahapan ini egosentris atau ke ”aku”
an anak tinggi. Pada mainannya saja ia sulit berbagi apalagi sosok ayah dan
ibu.
Namun hal ini bukanlah faktor utama terkadang faktor
jarak lahir terlalu jauh antara kakak dan adik bisa menyebabkan kecemburuan
pada kakak yang sudah cukup nyaman menjadi anak tunggal dikeluarga.
*INTERVENSI SIBLING RIVALRY YANG BISA DILAKUKAN ORANG
TUA*
*1. QUALITY TIME terhadap masing-masing anak*
Sediakan ” QUALITY TIME” atau waktu privasi yang
berkualitas dengan masing-masing anak, baik dengan ayahnya dan ibunya. Bersama
ayah anak akan belajar bepikir logis dan bersama ibu anak akan belajar tentang
kelekatan dan emosi. Quality time dapat terbangun saat kita jalan berdua saja
dengan anak atau beraktivitas berdua saja dengan anak .Saat itu bangunlah
komunikasi yang baik. Yakinkan anak bahwa ia begitu dicintai dan disayangi oleh
orangtuanya. Bangunkan memori positifnya dengan menceritakan kenangan yang
indah yang terjadi antara kita dan anak.
*2. Bangun “attachment” antara saudara kandung lewat
kegiatan/projek bersama*
Membangun kegiatan yang didalamnya membutuhkan
kerjasama tim dapat menumbuhkan kelekatan pada saudara kandung. Misalnya :
menata ulang kamar bersama lalu kemudian diberikan reward bagi keduanya. Atau
membuat satu masakan tertentu dengan pembagian tugas pada masing-masing anak
kemudian diberikan reward atas hasil masakan tersebut.
*3. Meyakinkan anak bahwa semua anak adalah istimewa
dimata orang tuanya*
Semua anak yang dilahirkan didunia ini pasti memiliki
bakat dan kecerdasan pada bidang tertentu. Tugas kita sebagai orang tua
mengeksplorasi bakat apa atau bidang kecerdasan apa yang dimiliki anak.
Kecerdasan bukanlah berarti selalu dapat diukur dari hasil akademis seseorang.
Apabila anak kita tidak memiliki prestasi akademis yang baik bukan berarti dia
tidak cerdas dan sulit menjadi orang sukses. Banyak kisah para pengusaha sukses
tapi nilai akademisnya biasa- biasa saja bahkan ada yang buruk. Begitu juga
dengan atlit atau musisi yang sukses , banyak juga diantara mereka yang nilai
akademisnya tidak memuaskan.
Gardner telah mengungkapkan hal tersebut. Gardner
mengatakan bahwa ada 9 kecerdasan yang dimiliki manusia yakni Kecerdasan
Interpersonal, Kecerdasan Intrapersonal, Kecerdasan Musikal, Kecerdasan
Kinestetik, Kecerdasan Spasial, Kecerdasan Spiritual, Kecerdasan Aritmatik,
Kecerdasan Linguistik dan Kecerdasan Naturalis.
Mengetahui hal tersebut, kita tidak perlu lagi
membanding- bandingkan anak yang satu dengan yang lain. Karena semua anak
adalah “istimewa”. Tugas kita sebagai orang tua adalah mengeksplorasi dan
memfasilitasi agar anak dapat mengembangkan kecerdasan nya masing- masing.
Apabila kita ingin memberikan perbandingan.
Bandingkanlah anak dengan perilaku atau kemampuannya dimasa lalunya sebagai
bahan introspeksi dirinya.
Konflik yang terjadi pada saudara kandung didalam satu
keluarga jika bisa diatasi dengan baik, maka dapat memberikan efek yang positif
pada anak. Ada hal – hal positif yang anak dapat pelajari dalam proses
penyelesaian konflik dengan saudara kandungnya. Hal- hal tersebut antara lain :
*• Anak Belajar Etika Meminta Maaf*
*• Anak Belajar Mengontrol Emosi*
*• Anak Belajar Mencari Win Win Solution*
*• Konsep Diri Anak Menjadi Positif*
Penyelesaian konflik antara saudara kandung (sibling
rivalry) yang tepat akan menambah kualitas kematangan pribadi individu dan
menambah kualitas hubungan sebagai saudara kandung. Sekali lagi, kita sebagai
orang tua amat berperan didalamnya.
Wallahu ‘alam bishowab.
oleh : Farah Octavia, S.Psi