Latest Posts

Minggu, 29 Maret 2020

ADMIN 2

1.             Perhatikan gambar di bawah ini!
Kotak dialog di atas memberikan perintah … setelah klik OK.
a.    menyisipkan satu baris
b.    menghapus satu baris
c.    menyisipkan satu kolom
d.    menghapus satu kolom

Senin, 02 Desember 2019

Mobil

ADMIN 2
<div class="fb-post" data-href="https://www.facebook.com/marketplace/item/284383192481850/" data-width="500" data-show-text="true"></div>

Minggu, 16 Desember 2018

Cara Menangani Sibling Rivalry pada Anak

ADMIN 2




Ada seorang anak (2th) meminta ibunya membacakan dongeng, tiba – tiba adiknya (3 bln) menangis karena habis BAB di popoknya. Anak (2th) kecewa karena ibunya lebih memilih mengurus adiknya (3bl) mengganti popok daripada membacakan cerita.

Lalu ada cerita lain seorang kakak yang memiliki kasus sengketa tanah warisan dengan adiknya sehingga memperkarakan adiknya ke kepolisian.

Contoh kasus nyata tahun 2015 lalu di daerah Ciledug ,Tangerang seorang kakak (15th) yang menusuk adiknya sendiri (13 th) hingga tewas.
Awalnya polisi mengira pelaku mengalami gangguan kejiwaan namun setelah menjalani tes MMPI menunjukkan hasil bahwa perilaku melakukan pembunuhan dalam keadaan sadar. Saat ditelaah lagi, orang tua berkata bahwa selama ini sering terjadi percekcokan antara kedua saudara kandung ini. Namun orang tua selama ini menganggap hal tersebut biasa saja.

Sebenarnya perselisihan antar saudara seringkali terjadi Allah swt dalam firmannya didalam Alquran mengisahkan kisah dari anak Nabi Adam as yang berujung menjadi tragedi kemanusiaan pertama di muka bumi yaitu pembunuhan Qobil sang kakak terhadap Habil sang adik dikarenakan iri dengki yang merasukinya. (QS Al Maidah : 27-31) .
Sahabat, alangkah bahagianya jika anak – anak yang kita miliki saling menyayangi satu sama lain, saling melindungi satu sama lain dan saling mendukung satu sama lain didalam kebaikan. Berkumpulnya anak – anak tersebut dalam suasana yang damai tentunya menjadi penyejuk hati kita sebagai orang tua. Akan tetapi dalam perjalanannya akan selalu terjadi kerikil – kerikil yang merusak keharmonisan mereka sebagai saudara kandung. Kerikil itu dalam istilah psikologi dinamakan *Sibling Rivalry*
*APA ITU SIBLING RIVALRY?*
• *Sibling Rivalry* adalah persaingan antara saudara kandung yang muncul dalam bentuk cemburu, iri, pertengkaran (adu mulut) hingga perkelahian (fisik) yang menimbulkan ketegangan. Berawal dari persoalan sepele, ketika orang tua tidak menyikapi dengan tepat dapat menjadi konflik laten yang berkepanjangan antara saudara kandung.
• *Sibling Rivalry*bisa dialami oleh individu dari kelompok umur berapapun (balita, anak, remaja dan dewasa).
• *Sibling rivalry* cenderung akan lebih muncul pada saudara kandung yang berjenis kelamin sama. Walaupun tidak menutup kemungkinan dengan saudara kandung yang sama jenis kelaminnya
Dari sini, kita bisa mengambil beberapa hikmahnya, yakni :
• Perasaan dengki ,iri atau cemburu yang awalnya terlihat sepele ternyata bila kita biarkan akan mempengaruhi perilaku seseorang menjadi perilaku yang merusak.
• Perasaan dengki ternyata bisa terjadi bukan hanya pada orang lain saja akan tetapi juga pada saudara kandung yang secara nyata memiliki ikatan darah.
• Penumpukkan kekecewaan yang awalnya bermula dari cemburu, jika tidak segera diintervensi dengan tepat dapat terjadi berujung fatal yakni pembunuhan.
*FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA SIBLING RIVALRY*
• *Perlakuan yang berbeda diartikan “tidak adil” oleh anak*
Perbedaan kebutuhan masing- masing anak atau perbedaan kondisi tertentu membuat kita tidak dapat menyamakan perilaku kita terhadap anak yang satu dengan yang lainnya. Anak yang sedang sakit tentunya akan lebih butuh banyak perhatian daripada anak kita yang sehat. Anak yang kelas 6 SD tentunya mendapatkan uang saku yang lebih banyak daripada anak yang masih kelas 2 SD.
Perlakuan yang berbeda lainnya yakni terkadang tanpa sadar karena anak kita lebih pintar secara akademis dari pada adiknya , kita cenderung lebih membanggakan dan memperlakukan ia lebih istimewa dibandingkan adiknya yang prestasinya biasa- biasa saja dalam hal akademis.
Tentunya hal ini akan menumbuhkan perilaku sibling rivalry pada anak.
• *Modelling Ortu*
Saat kita sedang mengalami perselisihan dengan pasangan atau dengan anak. Respon atau perilaku yang kita munculkan dalam menghadapi konflik itulah yang akan menjadi contoh untuk anak ketika ia sedang berkonflik dengan saudara kandungnya. Jika kita menampilkan perkataan kasar atau memukul, mencubit,dsb saat berkonflik, maka hal tersebut dapat ditiru oleh anak ketika sedang berkonflik dengan saudara kandungnya.
• *Jarak lahir terlalu dekat*
Saat anak umur (0-2 thn) menurut Erikson anak memasuki tahapan *“trust vs mistrust”*. Pada tahapan ini anak belajar mempercayai lingkungan disekitarnya dalam hal ini adalah lingkungan terdekatnya yaitu keluarga. Perkembangan rasa percaya dengan lingkungan dapat terbentuk bergantung pada kualitas dalam merawat anak dan curahan kasih sayang yang diterima anak. Dengan jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat menggangu perkembangan rasa percaya anak dengan lingkungannya (keluarganya).
Selain itu, pada tahapan ini egosentris atau ke ”aku” an anak tinggi. Pada mainannya saja ia sulit berbagi apalagi sosok ayah dan ibu.
Namun hal ini bukanlah faktor utama terkadang faktor jarak lahir terlalu jauh antara kakak dan adik bisa menyebabkan kecemburuan pada kakak yang sudah cukup nyaman menjadi anak tunggal dikeluarga.
*INTERVENSI SIBLING RIVALRY YANG BISA DILAKUKAN ORANG TUA*
*1. QUALITY TIME terhadap masing-masing anak*
Sediakan ” QUALITY TIME” atau waktu privasi yang berkualitas dengan masing-masing anak, baik dengan ayahnya dan ibunya. Bersama ayah anak akan belajar bepikir logis dan bersama ibu anak akan belajar tentang kelekatan dan emosi. Quality time dapat terbangun saat kita jalan berdua saja dengan anak atau beraktivitas berdua saja dengan anak .Saat itu bangunlah komunikasi yang baik. Yakinkan anak bahwa ia begitu dicintai dan disayangi oleh orangtuanya. Bangunkan memori positifnya dengan menceritakan kenangan yang indah yang terjadi antara kita dan anak.
*2. Bangun “attachment” antara saudara kandung lewat kegiatan/projek bersama*
Membangun kegiatan yang didalamnya membutuhkan kerjasama tim dapat menumbuhkan kelekatan pada saudara kandung. Misalnya : menata ulang kamar bersama lalu kemudian diberikan reward bagi keduanya. Atau membuat satu masakan tertentu dengan pembagian tugas pada masing-masing anak kemudian diberikan reward atas hasil masakan tersebut.
*3. Meyakinkan anak bahwa semua anak adalah istimewa dimata orang tuanya*
Semua anak yang dilahirkan didunia ini pasti memiliki bakat dan kecerdasan pada bidang tertentu. Tugas kita sebagai orang tua mengeksplorasi bakat apa atau bidang kecerdasan apa yang dimiliki anak. Kecerdasan bukanlah berarti selalu dapat diukur dari hasil akademis seseorang. Apabila anak kita tidak memiliki prestasi akademis yang baik bukan berarti dia tidak cerdas dan sulit menjadi orang sukses. Banyak kisah para pengusaha sukses tapi nilai akademisnya biasa- biasa saja bahkan ada yang buruk. Begitu juga dengan atlit atau musisi yang sukses , banyak juga diantara mereka yang nilai akademisnya tidak memuaskan.
Gardner telah mengungkapkan hal tersebut. Gardner mengatakan bahwa ada 9 kecerdasan yang dimiliki manusia yakni Kecerdasan Interpersonal, Kecerdasan Intrapersonal, Kecerdasan Musikal, Kecerdasan Kinestetik, Kecerdasan Spasial, Kecerdasan Spiritual, Kecerdasan Aritmatik, Kecerdasan Linguistik dan Kecerdasan Naturalis.
Mengetahui hal tersebut, kita tidak perlu lagi membanding- bandingkan anak yang satu dengan yang lain. Karena semua anak adalah “istimewa”. Tugas kita sebagai orang tua adalah mengeksplorasi dan memfasilitasi agar anak dapat mengembangkan kecerdasan nya masing- masing.
Apabila kita ingin memberikan perbandingan. Bandingkanlah anak dengan perilaku atau kemampuannya dimasa lalunya sebagai bahan introspeksi dirinya.
Konflik yang terjadi pada saudara kandung didalam satu keluarga jika bisa diatasi dengan baik, maka dapat memberikan efek yang positif pada anak. Ada hal – hal positif yang anak dapat pelajari dalam proses penyelesaian konflik dengan saudara kandungnya. Hal- hal tersebut antara lain :
*• Anak Belajar Etika Meminta Maaf*
*• Anak Belajar Mengontrol Emosi*
*• Anak Belajar Mencari Win Win Solution*
*• Konsep Diri Anak Menjadi Positif*
Penyelesaian konflik antara saudara kandung (sibling rivalry) yang tepat akan menambah kualitas kematangan pribadi individu dan menambah kualitas hubungan sebagai saudara kandung. Sekali lagi, kita sebagai orang tua amat berperan didalamnya.
Wallahu ‘alam bishowab.
oleh : Farah Octavia, S.Psi


Tips sederhana tapi sangat efektif untuk Resolusi akhir tahun. Buktikan saja

ADMIN 2

NEW YEAR-NEW YOU

Tanpa terasa sudah di bulan Desember. Waktu berjalan sangat cepat. Suasana natal sudah mulai terasa dimana-mana. Banyak orang menggunakan masa-masa ini untuk merefleksi, mengevaluasi, serta membuat resolusi untuk tahun 2017. Itu bagus!

   Tetapi ada berita buruk yang saya sadari dan semakin saya renungkan ini membuat hidup saya berubah. Kalau ternyata tidak ada seorangpun yang bisa menata masa depannya, ternyata yang bisa kita lakukan adalah kita menata HARI INI dan itu akan mempengaruhi masa depan kita.

   Tipsnya adalah jangan menunggu nanti di hari-hari akhir tahun untuk membuat keputusan akan perubahan. Tidak ada waktu lebih baik dari sekarang. Setelah Anda membaca tulisan ini. Ambil waktu Anda untuk merefleksi, mengevaluasi, serta membuat target-target baru yang Anda ingin capai 6 bulan dari sekarang.

   Janganlah suka menunda, karena dalam 2 hari, esok hari akan menjadi hari kemarin. Akan terbang begitu saja, tidak bisa disentuh lagi. Waktu sangat berharga.

   Banyak diantara kita suka mencari-cari waktu terbaik untuk membuat pergerakan dan perubahan. Mereka berharap minggu depan, bulan depan, ataupun tahun depan. Mereka berpikir masa depan akan menawarkan kemudahan yang kepadanya. Itulah ilusi yang membunuh masa-masa sekarang.Pemenang itu "Make things happen", sedangkan pecundang adalah "Things happen to them". Saya sudah teralu banyak bertemu dengan orang yang berjanji akan memulai bulan depan. Tetapi sayang bulan itu tidak pernah datang.

   Jika itu penting bagi Anda, mulailah dengan langkah-langkah kecil dari sekarang. Jika tidak penting, Anda akan menunda.

   Ingatlah hukum tabur tuai, jika Anda tidak menanam apapun hari ini, maka Tuhan tidak bisa menumbuhkan apapun 6 bulan dari sekarang. Tidak ada panen, itu hanyalah ilusi.

   Buat pergerakan sejak saat ini juga. Alih-alih menenangkan diri sampai melewati tahun baru, lebih baik buatlah momentum Anda sendiri supaya efek bola salju itu akan membesar seiring dengan waktu.

   Mari kita manfaatkan sebaik mungkin hari-hari terakhir di tahun 2016. Kita dobrak pembukaan tahun 2017 dengan rekor kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. FINISH STRONG 2016!

Cara Menemukan Kreativitas Diri, Ini Tips Mudahnya.

ADMIN 2



Melansir dari www.ted.com cara menemukan kreativitas yang tersembunyi dalam diri kita seperti yang dikemukakakn oleh Amy Tan  sebagai berikut “Nilai dari ketiadaan: dari ketiadaan muncullah sesuatu. Ini adalah esai yang saya tulis ketika saya berumur 11 tahun dan saya mendapat B+. Apa yang akan saya bicarakan : ketiadaan yang muncul dari sesuatu, dan bagaimana kita berkreatifitas. Dan saya akan coba melakukannya dalam jangka waktu 18 menit yang kita diminta untuk mematuhinya, dan untuk mengikuti perintah-perintah suci TED : yang, kenyataannya, adalah sesuatu yang menciptakan suatu pengalaman hampir-mati, tetapi hampir-mati itu bagus untuk kreativitas.
“Jadi, saya juga ingin menjelaskan, karena Dave Eggers berkata dia akan mengganggu saya jika saya mengatakan apapun yang merupakan suatu kebohongan, atau tidak benar menurut kreativitas yang universal. Dan saya telah melakukannya dengan cara ini untuk separuh dari audiens, yang merupakan komunitas ilmuwan. Ketika saya berkata kita, saya tidak bermaksud anda, secara khusus; Saya memaksudkannya diri saya, dan otak kanan saya, otak kiri saya, dan yang berada di antaranya yaitu sensor dan menyatakan pada saya apa yang saya katakan adalah salah. Dan saya juga akan melakukannya dengan melihat pada apa yang saya pikir sebagai bagian dari proses kreatif saya, yang termasuk sejumlah hal yang terjadi, kenyataannya -- ketiadaan bermula bahkan lebih awal daripada momentumnya dimana saya menciptakan sesuatu yang baru. Dan itu termasuk alam, dan perawatan, dan apa yang saya sebut sebagai mimpi-mimpi buruk.”
“Sekarang dalam area alami, kita melihat apakah benar atau tidak kita dilengkapi secara pembawaan lahir dengan sesuatu, mungkin dalam otak-otak kita, beberapa kromosom abnormal yang menyebabkan efek mirip-renungan ini. Dan beberapa orang akan berkata bahwa kita dilahirkan dengannya dalam beberapa cara lain, dan orang-orang lain, seperti ibu saya, akan berkata bahwa saya mendapat bahan bakunya dari kehidupan-kehidupan sebelumnya. Beberapa orang juga akan berkata itulah kreativitas mungkin merupakan suatu fungsi dari beberapa keanehan neurologis lainnya -- sindrom van Gogh -- yaitu bahwa anda punya sedikit dari, anda tahulah, psikosis, atau depresi. Saya harus berkata, seseorang -- saya membacanya baru-baru ini bahwa van Gogh sebenarnya tidak benar-benar psikotik, bahwa dia mungkin mengalami kejang lobus temporal, dan itu mungkin menyebabkan percikan kreativitasnya, dan saya tidak -- Saya rasa itu menyebabkan sesuatu pada bagian otak anda. Dan saya akan menyebutkan bahwa saya pada dasarnya mengalami kejang lobus temporal beberapa tahun lalu, tetapi itu pada saat saya menulis buku terakhir saya, dan beberapa orang berkata bahwa buku itu cukup berbeda.”
“Saya berpikir bahwa bagian itu juga dimulai dengan suatu perasaan krisis identitas: anda tahulah, siapa saya, mengapa saya seperti ini, mengapa saya bukan orang kulit hitam seperti orang-orang lain? Dan terkadang anda dilengkapi dengan keahlian-keahlian tetapi mereka mungkin bukan jenis-jenis keahlian yang memungkinkan kreativitas. Saya dulu menggambar. Saya dulu berpikir saya akan jadi seorang seniman. Dan saya dulu memiliki sebuah miniatur anjing pudel. Dan itu bukanlah sesuatu yang buruk, tetapi itu tidak benar-benar kreatif. Karena semua yang saya lakukan adalah merepresentasikan sesuatu seperti apa adanya. Dan saya memiliki suatu perasaan bahwa saya mungkin menyalin ini dari sebuah buku. Dan kemudian saya juga tidak benar-benar cemerlang dalam beberapa area tertentu yang saya inginkan. dan anda tahulah, anda melihat pada nilai-nilai itu, dan itu tidaklah buruk, tetapi itu tidaklah secara jelas memprediksikan bahwa saya suatu hari akan memperoleh penghasilan saya dari pengaturan kata-kata yang berseni.”
“Juga, satu dari prinsip-prinsip kreativitas adalah memiliki sedikit trauma masa kecil. Dan saya memiliki hal-hal yang saya pikir banyak orang lain miliki. dan itu adalah, anda tahulah, saya menerima harapan-harapan yang diletakkan pada diri saya Boneka di sana, omong-omong, boneka di sana dulunya adalah sebuah mainan yang diberikan kepada saya ketika saya berusia sembilan tahun, dan boneka itu untuk membantu saya menjadi seorang doktor dari usia yang sangat dini. Saya punya beberapa boneka yang cukup bertahan lama: dari usia lima sampai 15, ini seharusnya menjadi pekerjaan sampingan saya, dan itu membawa kepada suatu perasaan gagal.”
“Tetapi kenyataannya ada sesuatu yang cukup nyata dalam hidup saya yang terjadi ketika saya berusia sekitar 14 Dan ditemukan bahwa kakak lelaki saya, pada 1967, dan kemudian bapak saya, enam bulan kemudian, memiliki tumor otak. Dan ibu saya percaya bahwa suatu kesalahan telah terjadi, dan beliau akan mencari tahu apakah kesalahan itu. Dan beliau akan memperbaikinya. Bapak saya adalah seorang pendeta Baptis, dan beliau percaya pada mukjizat-mukjizat, dan bahwa kehendak Tuhan akan menanganinya. Tetapi tentu saja, akhirnya mereka menghembuskan nafas terakhirnya, terpisah enam bulan. Dan setelahnya, ibu saya percaya bahwa ini adalah takdir, atau kutukan-kutukan -- beliau mencari semua alasan di alam semesta kenapa hal ini harus terjadi. Semuanya kecuali keacakan. Beliau tidak percaya pada keacakan. Ada suatu alasan untuk segala sesuatu. Dan satu dari alasan-alasan tersebut, beliau berpikir, adalah bahwa ibunya dulu, yang telah wafat ketika beliau masih sangat muda, marah pada dirinya. Dan kemudian saya memiliki gagasan kematian ini di sekeliling saya karena ibu saya juga percaya bahwa sayalah yang berikutnya, dan beliau yang berikutnya Dan ketika anda dihadapkan dengan kemungkinan kematian yang sangat dekat, anda mulai berpikir sangat banyak tentang segala sesuatu. Anda menjadi sangat kreatif, dalam suatu perasaan bertahan hidup.”
“Dan ini, kemudian, membawa pada pertanyaan-pertanyaan besar saya. Dan itu adalah pertanyaan-pertanyaan yang sama yang saya miliki hari ini. Dan pertanyaan-pertanyaan itu adalah : mengapa hal-hal terjadi, dan bagaimana hal-hal terjadi? Dan satu pertanyaan yang ditanyakan ibu saya: Bagaimana saya membuat hal-hal terjadi? Adalah suatu cara yang indah untuk melihat pada pertanyaan-pertanyaan ini, ketika anda menulis sebuah cerita. Karena pada dasarnya, dalam kerangka tersebut, diantara halaman satu dan 300, anda harus menjawab pertanyaan tentang mengapa hal-hal terjadi, bagaimana hal-hal terjadi, dalam urutan apa mereka terjadi. Apa pengaruh-pengaruhnya? Bagaimana saya, sebagai narator, sebagai penulis, juga mempengaruhinya? Dan itu juga sesuatu yang saya pikir banyak dari para ilmuwan kita telah pertanyakan. Hal itu seperti semacam kosmologi, dan saya harus membangun suatu kosmologi dari alam semesta saya sendiri, sebagai pencipta dari alam semesta tersebut.”
”Dan anda lihat, ada banyak sekali maju dan mundur untuk membuat hal itu terjadi, untuk mencoba mencari tahu -- bertahun-tahun, seringkali. Sehingga ketika saya melihat pada kreativitas, saya juga berpikir bahwa itu adalah perasaan ini atau ketidakmampuan ini untuk menekan penglihatan saya pada asosiasi-asosiasi tentang segala sesuatu secara khusus di dalam hidup Dan saya mendapatkan banyak dari hal-hal tersebut selama apa yang telah terjadi sepanjang konferensi ini, hampir segala sesuatu yang telah terjadi.”
“Dan saya akan menggunakan asosiasi ini, sebagai metafora mekanika kuantum, yang sesungguhnya saya tidak mengerti, tetapi saya tetap akan menggunakannya sebagai proses untuk menjelaskan apakah metafora yang dimaksud tersebut. Jadi dalam mekanika kuantum, tentu saja, anda memiliki energi gelap dan materi gelap. Dan itu adalah hal yang sama dalam melihat pertanyaan-pertanyaan ini tentang bagaimana hal-hal terjadi. Ada banyak sekali hal-hal yang tidak diketahui, dan anda seringkali tidak tahu hal apa itu kecuali dengan ketiadaannya. Tetapi ketika anda membuat asosiasi-asosiasi tersebut, anda menginginkannya untuk bergabung menjadi suatu bentuk sinergi dalam cerita, dan apa yang anda temukan itulah yang penting. Maknanya. Dan itulah yang saya cari dalam karya saya, suatu makna pribadi.”
“Ada juga prinsip ketidakpastian, yang merupakan bagian dari mekanika kuantum, sebagaimana yang saya mengerti. (Tawa) Dan hal ini terjadi secara konstan dalam penulisan. Dan ada efek pengamat yang mengerikan dan menakutkan, di mana anda mencari sesuatu, dan anda tahu, hal-hal terjadi secara bersamaan, dan anda melihatnya dengan cara yang berbeda, dan anda mencoba untuk benar-benar mencari ke-tentang-annya. Atau tentang apa cerita ini. Dan jika anda mencoba terlalu keras, maka anda akan hanya menulis mengenai tentang. Anda tidak akan menemukan apapun. Dan apa yang anda semestinya temukan, apa yang anda harap untuk temukan, dengan beberapa cara yang kebetulan, tidak lagi ada di sana. Sekarang, saya tidak ingin mengabaikan sisi lain dari yang terjadi dalam alam semesta kita, sebagaimana banyak dari para ilmuwan kita lakukan. Dan karenanya saya hanya akan memberikan teori string di sini, dan hanya berkata bahwa orang-orang kreatif adalah multidimensional, dan ada sebelas tingkat, saya pikir, dari kecemasan. (Tawa) Dan kesemuanya beroperasi pada waktu yang sama.”
“Ada juga sebuah pertanyaan besar tentang ambiguitas. Dan saya akan menghubungkannya dengan sesuatu yang disebut konstanta kosmologis. Dan anda tidak tahu apa yang beroperasi, tetapi sesuatu sedang beroperasi di sana. Dan ambiguitasm, bagi saya, adalah sangat tidak nyaman dalam hidup saya, dan saya memilikinya. Ambiguitas moral. Hal itu secara konstan ada di sana. Dan sebagaimana sebuah contoh, berikut ini adalah satu yang baru-baru ini menimpa saya. Hal itu adalah sesuatu yang saya baca dalam sebuah editorial oleh seorang wanita yang membicarakan tentang perang di Iraq. Dan ia berkata, "Selamatkan seseorang dari tenggelam, maka anda bertanggung jawab terhadapnya seumur hidupnya." Sebuah pepatah Cina yang sangat terkenal, katanya. Dan hal itu berarti karena kita pergi ke Iraq, kita seharusnya tetap di sana hingga hal-hal terselesaikan. Anda tahu, mungkin bahkan sampai 100 tahun. Sehingga ada satu hal lagi yang terlintas di pikiran saya, dan itu adalah "menyelamatkan ikan dari tenggelam." Dan hal itulah yang nelayan-nelayan Buddha katakan, karena mereka tidak seharusnya membunuh apapun. Dan karena mereka juga harus memperoleh penghasilan, dan orang-orang butuh makan. Sehingga cara mereka merasionalisasikan adalah bahwa mereka menyelamatkan ikan dari tenggelam, dan sayangnya dalam proses tersebut ikannya mati.”
“Sekarang apa yang meliputi dalam kedua metafora tenggelam tersebut -- kenyataannya, satu darinya adalah penafsiran ibu saya, dan itu adalah sebuah pepatah Cina yang terkenal karena beliau yang mengatakan ke saya: "Selamatkan seseorang dari tenggelam, maka anda bertanggung jawab terhadapnya seumur hidupnya." Dan itu adalah sebuah peringatan -- jangan ikut campur urusan orang lain, atau anda akan terjebak. OK. Saya pikir jika seseorang memang benar-benar tenggelam, ia akan menyelamatkannya. Tetapi kedua pepatah tersebut, menyelamatkan seekor ikan dari tenggelam, atau menyelamatkan seseorang dari tenggelam, buat saya hal-hal tersebut berkaitan dengan niat-niat.”
“Dan kesemua dari kita dalam hidup, ketika kita melihat suatu situasi, kita memiliki suatu respons. Dan kemudian kita punya niat-niat. Ada suatu ambiguitas dari apa yang seharusnya harus kita lakukan, dan kemudian kita melakukan sesuatu. Dan hasil-hasil darinya mungkin tidak sesuai dengan niat-niat kita pada awalnya. Mungkin hal-hal menjadi salah. Dan kemudian, setelah itu, apa tanggung jawab kita? Apa yang seharusnya kita lakukan? Apakah kita tetap didalamnya seumur hidup kita, atau kita melakukan sesuatu yang lain dan menjustifikasinya dan berkata, yah, niat-niat saya baik, dan karenanya saya tidak bisa dituntut bertanggung jawab untuk keseluruhannya? Itulah ambiguitas dalam hidup saya yang benar-benar mengganggu saya, dan membuat saya menulis sebuah buku berjudul Menyelamatkan Ikan Dari Tenggelam.”
“Saya melihat contoh-contoh hal tersebut, sekalinya saya mengidentifikasi pertanyaan ini. Hal itu ada di semua tempat. Saya mendapat isyarat-isyarat ini di manapun. Dan kemudian, dengan suatu cara, saya tahu bahwa mereka selalu ada di sana. Dan kemudian menulis, itulah yang terjadi. Saya mendapat isyarat-isyarat ini, petunjuk-petunjuk ini, dan saya sadar bahwa mereka telah jelas, dan sebelumnya mereka belum jelas. Dan yang saya butuhkan, secara efek, adalah suatu fokus. Dan ketika saya memiliki pertanyaan, itu adalah suatu fokus Dan semua hal ini yang kelihatannya seperti kepingan dan buangan dalam hidup kenyataannya melalui pertanyaan tersebut, dan apa yang terjadi adalah hal-hal khusus tersebut menjadi relevan. Dan nampaknya seperti itu terjadi sepanjang waktu. Anda berpikir ada suatu ketidaksengajaan yang terjadi, suatu kebetulan, di mana anda memperoleh seluruh bantuan ini dari alam semesta. Dan hal itu juga dapat dijelaskan bahwa anda saat ini memiliki fokus. Dan anda memperhatikannya lebih sering.”
“Tetapi anda mengaplikasikan hal itu. Anda mulai melihat pada hal-hal yang yang berkaitan dengan ketegangan-ketegangan anda. Saudara laki-laki anda, yang sedang mengalami masalah, apakah anda mengurusinya ? Mengapa atau mengapa tidak ? Hal itu mungkin merupakan sesuatu yang barangkali lebih serius --sebagaimana saya katakan, hak-hak asasi manusia di Birma. Saya berpikir bahwa saya seharusnya tidak pergi karena seseorang berkata jika saya melakukannya, hal itu akan menunjukkan bahwa saya setuju dengan rezim militer di sana. Dan kemudian setelah beberapa lama, saya harus bertanya kepada diri saya, "Mengapakah kita menelan mentah-mentah pengetahuan, mengapakah kita menelan asumsi yang telah diberikan orang lain kepada kita ?" Dan hal itu adalah hal yang sama yang saya rasakan ketika saya tumbuh dewasa, dan mendengar aturan-aturan kelakuan moral dari ayah saya, yang adalah seorang pendeta Baptis. Jadi saya memutuskan bahwa saya akan pergi ke Birma untuk niat-niat saya sendiri, dan tetap tidak tahu bahwa jika saya pergi ke sana, apakah hasil dari hal tersebut adalah jika saya menulis sebuah buku -- dan saya hanya akan menghadapi yang terakhir disebutkan, ketika waktunya tiba,”
“Kita semua menaruh perhatian dengan hal-hal yang kita lihat dalam dunia yang kita peduli dengannya. Kita sampai pada titik ini dan berkata, apa yang saya sebagai seorang individu lakukan ? Tidak semua dari kita dapat pergi ke Afrika, atau bekerja di rumah sakit-rumah sakit jadi, apa yang kita lakukan jika kita punya respons moral ini, perasaan ini ? Juga, saya pikir satu dari hal-hal terbesar yang kita semua melihat, dan berbicara tentangnya hari ini, adalah genosida. Hal ini membawa pada pertanyaan ini, ketika saya melihat pada semua hal ini yang secara moral adalah ambigu dan tidak nyaman, dan saya mempertimbangkan apakah seharusnya niat-niat saya, saya menyadari itu kembali ke pertanyaan identitas yang saya alami ketika saya masih kecil -- dan mengapa saya ada di sini, dan apakah arti dari hidup saya, dan apakah tempat saya di alam semesta ini ?”
“Itu kelihatannya sangat jelas, tapi kenyataannya tidak. Kita semua membenci ambiguitas moral dalam tingkat tertentu, dan kenyataannya itu juga diperlukan secara mutlak. Dalam menulis suatu cerita, inilah tempat saya memulai. Terkadang saya mendapatkan bantuan dari alam semesta, sepertinya. Ibu saya akan berkata bahwa itu adalah arwah dari nenek saya dari buku pertama, karena sepertinya saya tahu hal-hal yang saya seharusnya tidak tahu. Daripada menulis bahwa nenek saya meninggal karena kecelakaan, dari suatu overdosis opium sementara sedang bersenang-senang terlalu banyak, saya pada kenyataannya menceritakan bahwa wanita tersebut bunuh diri, dan itulah kenyataan sebenarnya yang terjadi. Dan ibu saya memutuskan bahwa informasi itu pasti datang dari nenek saya.”
“Ada juga hal-hal, yang cukup luar biasa, yang memberi saya informasi yang akan membantu saya dalam menulis buku tersebut. Dalam kasus itu, saya sedang menulis sebuah cerita yang memasukkan sejenis detil, periode sejarah, suatu lokasi tertentu. Dan saya butuh untuk mencari sesuatu yang secara sejarah akan sesuai dengannya. Dan saya mengambil buku ini, dan saya -- halaman pertama yang saya buka adalah tepat tempat dan periode waktunya. Dan jenis karakter yang saya butuhkan adalah pemberontakan Taiping, terjadi di daerah dekat Qualin, di luarnya, dan seorang karakter yang berpikir dia adalah anak dewa.”
“Anda bertanya-tanya, apakah hal-hal ini kemungkinan acak? Yah, apa itu acak ? Apa itu kemungkinan ? Apa itu keberuntungan ? Apa hal-hal yang anda dapatkan dari alam semesta yang anda tidak dapat benar-benar jelaskan ? Dan itu masuk ke dalam cerita juga. Ada hal-hal yang saya pikirkan secara konstan dari hari ke hari. Khususnya ketika hal-hal baik terjadi, dan lebih khususnya, ketika hal-hal buruk terjadi. Tetapi saya memang berfikir ada semacam kebetulan, dan saya memang ingin tahu apakah unsur-unsurnya, sehingga saya dapat berterima kasih kepada mereka, dan juga mencoba mencari mereka dalam hidup saya. Karena, lagi-lagi, saya berfikir bahwa ketika saya sadar tentang mereka, lebih banyak dari mereka yang terjadi.”
“Kejadian lainnya adalah ketika saya pergi ke suatu tempat --saya hanya dengan beberapa teman, dan kami menyetir secara acak ke suatu tempat yang berbeda, dan kami sampai di lokasi non-turis ini, suatu perkampungan yang indah, murni. Dan kami berjalan tiga lembah melewatinya, dan pada lembah ketiga, ada sesuatu yang cukup misterius dan pertanda buruk, suatu ketidaknyamanan yang saya rasakan. Dan kemudian saya tahu hal itu harus jadi latar dari buku saya. Dan ketika menulis salah satu dari peristiwanya, itu terjadi di lembah ketiga. Untuk beberapa alasan saya menulis tentang tugu-tugu peringatan --tumpukan-tumpukan batu -- yang dibangun seorang laki-laki. Dan saya tidak tahu secara pasti mengapa saya mendapatkannya, tetapi saat itu sangat jelas. Saya mengalami kebuntuan, dan seorang teman, ketika dia bertanya apakah saya mau berjalan-jalan dengan dia dan anjing-anjingnya, saya bilang, tentu. Dan sekitar 45 menit kemudian, berjalan sepanjang pantai, saya menemui ini. Dan itu adalah seorang laki-laki, seorang laki-laki Cina, dan dia menumpuk benda-benda ini, tidak dengan lem, tidak dengan apapun. Dan saya bertanya bagaimana mungkin untuk melakukan ini ? Dan dia berkata, yah, saya rasa segala sesuatu dalam hidup, ada suatu tempat keseimbangan. Dan ini adalah tepatnya makna dari cerita saya pada titik tersebut. Saya memiliki banyak sekali contoh -- saya memiliki banyak sekali kejadian seperti ini ketika saya menulis suatu cerita, dan saya tidak dapat menjelaskannya. Apakah itu karena saya memiliki filter bahwa saya memiliki suatu kebetulan yang sedemikian kuat dalam menulis tentang hal-hal ini ? Atau itu adalah semacam kebetulan yang tidak dapat kita jelaskan, seperti konstanta kosmologis ?”
“Suatu hal besar yang saya juga pikirkan adalah kebetulan-kebetulan. Dan sebagaimana saya sampaikan, ibu saya tidak percaya dengan keacakan. Apa sifat alami kebetulan-kebetulan ? Dan bagaimana kita akan menentukan apa tanggung jawabnya dan apa penyebabnya, di luar suatu ruang pengadilan ? Saya mampu melihatnya dari sudut pandang orang pertama, ketika saya pergi ke desa Dong yang indah, di Guizhou, provinsi termiskin di Cina. Dan saya melihat tempat indah ini, saya tahu saya ingin kembali. Dan saya memiliki kesempatan untuk melakukannya ketika National Geographic meminta saya apakah saya ingin menulis apapun tentang Cina. Dan saya bilang ya, tentang desa ini dari orang-orang Singing, minoritas Singing. Dan mereka setuju, dan antara waktu saya melihat tempat ini dan waktu berikutnya saya ke sana, ada suatu kecelakaan yang buruk. Seorang lelaki, seorang lelaki tua, jatuh tertidur, dan selimutnya terjatuh ke dalam suatu wajan berapi yang menjaganya tetap hangat. 60 rumah hancur, dan 40 rumah rusak. Tanggung jawab dibebankan kepada keluarganya. Anak-anak lelaki dari lelaki tersebut dibuang untuk tinggal tiga kilometer jauhnya, di dalam suatu kandang sapi. Dan tentu saja, sebagai orang Barat, kita berkata, "Yah, itu adalah sebuah kecelakaan. Itu tidak adil. Itu adalah anaknya, bukan ayahnya."
“Dan ketika saya melanjutkan sebuah cerita, saya harus melepaskan kepercayaan-kepercayaan seperti itu. Itu membutuhkan waktu, tetapi saya harus melepaskan mereka dan pergi kesana, dan tinggal di sana. Dan kemudian saya berada di sana dalam tiga kesempatan, pada musim yang berbeda. Dan saya mulai merasakan sesuatu yang berbeda tentang sejarah dan tentang apa yang telah terjadi sebelumnya, dan sifat alami kehidupan dalam suatu desa yang sangat miskin, dan apa yang anda temukan sebagai kebahagiaan-kebahagiaan anda, ritual-ritual anda, tradisi-tradisi anda, keterkaitan-keterkaitan anda dengan keluarga-keluarga lainnya. Dan saya melihat bagaimana ini memiliki semacam keadilan dalam pertanggungjawabannya. Saya juga dapat mengetahui tentang upacara yang mereka gunakan, suatu upacara yang tidak pernah mereka gunakan dalam sekitar 29 tahun. Dan itu adalah untuk mengirim beberapa lelaki -- seorang ahli Feng Shui mengirim lelaki-lelaki turun ke dunia kematian menggunakan kuda-kuda hantu. Sekarang anda, sebagai orang Barat, dan saya, sebagai orang Barat, akan berkata yah, itulah takhayul. Tetapi setelah di sana beberapa saat, dan melihat hal-hal menakjubkan yang terjadi, anda mulai bertanya-tanya kepercayaan-kepercayaan siapa yang beroperasi di dunia ini, menentukan bagaimana hal-hal terjadi.”
“Jadi saya tetap bersama mereka, dan semakin saya menulis cerita itu, semakin saya masuk ke dalam kepercayaan-kepercayaan itu, dan saya pikir itu penting untuk saya -- untuk mengambil kepercayaan-kepercayaan itu, karena di sanalah cerita itu nyata, dan di sanalah saya akan menemukan jawaban-jawabannya tentang bagaimana saya merasakan mengenai pertanyaan-pertanyaan tertentu yang saya punyai dalam hidup. Tahun berlalu, tentu saja, dan tulisannya, itu tidak terjadi secara instan, sebagaimana saya coba sampaikan kepada anda di sini di TED. Bukunya terbit dan demikianlah. Ketika ia tiba, ia bukan lagi buku saya. Ia di tangan-tangan para pembaca, dan mereka mengartikannya secara berbeda-beda. Tetapi saya kembali ke pertanyaan tentang, bagaimana saya menciptakan sesuatu dari ketiadaan ? Dan bagaimana saya menciptakan hidup saya sendiri ?”
“Dan saya memikirkannya dengan mempertanyakannya, dan berkata kepada diri saya sendiri bahwa tidak ada kebenaran-kebenaran sejati. Saya percaya dalam seluk-beluk, seluk-beluk cerita, dan masa lalu, seluk-beluk masa lalu, dan apa yang terjadi dalam cerita pada titik itu. Saya juga percaya bahwa dalam berfikir tentang hal-hal, pemikiran saya tentang keberuntungan, dan takdir, dan kebetulan-kebetulan dan kecelakaan-kecelakaan, kehendak Tuhan, dan sinkroni dari kekuatan-kekuatan misterius, Saya mencapai gagasan dari apa yang ada saat ini, bagaimana kita mencipta. Saya harus berfikir tentang peran saya. Di mana saya di alam semesta. Dan apakah seseorang menginginkan saya untuk menjadi seperti itu, atau itu hanyalah sesuatu yang saya inginkan ? Dan saya juga menemukan bahwa dengan mengimajinasikannya secara penuh, dan menjadi apa yang diimajinasikan, dan demikianlah di dalam dunia nyata itu, dunia fiksi. Dan itu adalah bagaimana saya menemukan partikel-partikel kebenaran, bukan kebenaran sejati, atau kebenaran utuh. Dan mereka harus berada dalam semua kemungkinan, termasuk hal-hal yang tidak pernah saya pikirkan sebelumnya.”
“Sehingga tidak pernah ada jawaban yang lengkap. Atau, jika memang ada suatu jawaban, itu adalah untuk mengingatkan diri saya bahwa ada ketidakpastian dalam segala hal, dan itu bagus. Karena kemudian saya akan menemukan sesuatu yang baru. Dan jika ada sebagian jawaban, suatu jawaban yang lebih lengkap dari saya, adalah untuk hanya berimajinasi. Dan berimajinasi adalah meletakkan diri saya dalam cerita tersebut, sampai hanya ada -- ada suatu transparansi antara saya dan cerita yang saya ciptakan.”
“Dan demikianlah cara saya menemukannya, jika saya merasa apa yang ada dalam cerita --dalam suatu cerita-- kemudian saya sampai pada yang paling dekat, saya pikir, untuk mengetahui apa belas kasihan itu, untuk merasakan belas kasihan tersebut. Karena untuk segalanya, dalam pertanyaan tentang bagaimana hal-hal terjadi, itu berkaitan dengan perasaan tersebut. Saya harus menjadi cerita tersebut untuk memahami banyak darinya. Kita sudah sampai ke akhir pembicaraan kita, dan saya akan menunjukkan apa yang ada di dalam tas, dan itu adalah renungan, dan itu adalah hal-hal yang berubah dalam hidup kita, yang indah dan tetap bersama kita. Itulah dia.”

Our Team

  • Syed Faizan AliMaster / Computers
  • Syed Faizan AliMaster / Computers
  • Syed Faizan AliMaster / Computers
  • Syed Faizan AliMaster / Computers
  • Syed Faizan AliMaster / Computers
  • Syed Faizan AliMaster / Computers